Selasa, 08 Januari 2013

morning tea


cucu : eyang, aku capek..

eyang : iya, eyang tau, sedikit lagi sampai jangan nyerah, istirahat dulu sejenak ya nak (sambil senyum)

cucu : kalo aku sampe buatin teh ya yang

eyang : eyang gak mungkin buatin teh lagi, tapi eyang udah siapin pengganti buat bikinin teh seenak teh eyang. eyang sedang mendidik dia seperti eyang mendidik kamu dulu..

cucu : dia siapa?

eyang : dia lagi eyang siapin, dia bakal jadi penunjukmu, eyang gak mau ngasih yg jelek buat cucu eyang.

cucu: tapi aku gak bisa ngasih  apa- apa, bahkan gak pernah ada pas eyang sakit, aku cuma bisa ngasih kalung murahan.

eyang : hus, jgn pernah bilang kalung murahan, buat eyang itu kalung paling berharga, tuhan ngasih tau ke eyang kalo cucunya ingin ngebanggain eyang dengan jeri payah dia sendiri, eyang ngeliat rekaman hidup kamu disini, eyang ngeliat perjuangan kamu, eyang tau kamu datang ketika eyang minta datang, dengan perjuangan kamu berhutang kesana kemari demi eyang demi menuhin permintaan eyang. eyang tau persembahanmu, usahamu untuk eyang. yang membuat semua itu berharga adalah proses mendapatkannya, jadi jangan pernah menyebut itu barang murahan.

cucu : iya (termenung, sambil menitik air mata)

eyang : nak, jgn menunduk, kamu harus terima kekalahanmu sekarang dengan kepala tegak, eyang tau apa yang kamu mau ceritain, kerena eyang ada di hati kamu

cucu : aku hilang arah yang....

eyang : tuhan sedang membesarkan hatimu nak, dia telah menciptakan rencana indah di belakang semua ini, tuhan gak bakal mengujimu tanpa memberimu kompas penunjuk arah. ada kalanya untuk berhenti tapi bukan menyerah nak (kembali tersenyum)

cucu : (bisu, mulai tersenyum)

eyang : (merangkul sang cucu) eyang punya cerita "ada seorang cucu yg begitu sayang dengan neneknya, ketika dia kecil dia penah terjatuh dari pohon mangga, hingga dia tak sadarkan diri, sang nenek berlari menggondong cucunya tersebut, sambil menatap sedih sang nenek terheran, melihat sang cucu, dia masih menggenggam buah mangga. ketika sang cucu bangun dia menyodorkan buah mangga tersebut ke neneknya ternyata sang cucu ingin mengambilkan buah mangga untuk neneknya, sang nenek langsung merangkulnya lalu mengupaskan buah tersebut, dan memakannya sang nenek memakannya dengan lahap, sang cucu terlihat senang, karena sang nenek menyukai buahnya, begitu sang cucu menyicipi buah tersebut terasa masam dan dia langsung menangis karena dia merasa tidak bisa memberikan buah yang manis untuk sang nenek, sang nenek langsung merangkulnya dan bertanya "kenapa menangis nak?", "buahnya tidak manis nek" jawab sang cucu, sang nenek tersenyum dan mulai menghibur si cucu" siapa bilang itu masam, itu buah paling manis yg pernah nenek makan", beranjak dewasa dia harus pergi jauh dari sang nenek untuk belajar sang nenek merasa sedih karena harus di tinggalkan sang cucu begitu pula sang cucu, percintaan, pertemanan hobby sang cucu tak pernah sedikitpun membuatnya lupa akan sang nenek dia menetapkan pada dirinya ingin memberikan yg terbaik buat sang nenek karena sadar waktu untuk membanggakannya tidak banyak lagi. dia mulai meninggalkan perkuliahanya demi bekerja, mengawali menjadi sebuah pelayan restoran hanya dengan gaji 300rb perbulan dia merasa tak akan cukup memenuhi keinginannya, mulailah sang cucu berbisnis, di awal perbisnisan dia mengalami kesuksesan, namun hal tersebut tak berjalan lama karena penghiyanatan rekannya. sang cucu pun merasa menyesal tidak bisa memberi apa apa, dan hasil perkuliahan yg hancur. dia kembali kerumah dengan murung. sang nenek bertanya "kenapa kamu murung?" sang cucu hanya terdiam menyesal dia beranjak pergi masuk ke kamarnya dan pergi tidur. sang nenek pun merasakan penyesalan sang cucu, keesokan paginya, sang nenek membuatkan teh kesukaan sang cucu. dia membawakan teh tersebut kekamar sang cucu karena tau pasti sang cucu belum bangun, membuka pintu perlahan dan menaruh tehnya di meja sebelah tempat tidur dan membangunkan sang cucu dengan menepuk perlahan " nak ayo bangun eyang udash buatin teh hangat" seru sang nenek. sang cucu kaget dan terbangun menatap kwatir sang nenek "eyang kenapa naik ke atas? kalo eyang jatuh gmana?, "buktinya eyang gak jatuh kan" sambil senyum,  sang cucu menahan air mata namun hal itu sudah tak terbendung lagi, sang nenek tersenyum "ternyata cucu nenek masih sama kayak dulu, cengeng". sang cucu pun mengantar neneknya turun kemudian naik kembali dan mengambil teh dari meja dia merenung sejenak dan mulai meminum tehnya tersenyum sambil berkata "enak". sadar akan perjuang sang nenek untuk menaiki anak tangga demi mengantarkan secangkir teh, sang cucu pun bersemangat kembali. dia pun mulai bekerja kembali, dari sisa" bisnisnya sang cucu berusaha bangkit lagi, beranjak perlahan sang cucu mulai bisa mengembalikan semua modalnya, samapi suatu ketika dia ingin meberikan sebuah kalung untuk sang nenek, dia pun memlih kalung yg bagus ternyata dia tidak memiliki uang yg cukup akhirnya sang cucu hanya memberikan kalung murahan, dengan menyesal dia kembali tempat dia tinggal, dia merasa bodoh dan tidak berguna, dia memikirkan waktu untuk kembali kerumah karena sang cucu tau sebentar lagi ada tugas kuliah yg dia lakukan, dia pun pulang kerumah begitu sesampainya di rumah sang cucu mulai membongkar tasnya dia mencari kalung tersebut, ternyata kalung tersebut tertinggal di kota dimana sang cucu menetap, dia pun sedih namun karena tak ingin melihat sang turut muram karenannya dia pun turun kebawah dengan tersenyum sambil melihat sang nenek duduk di sofa, sang nenek pun membalas senyum sang cucu dengan anggun, dan berkata "eyang udah siapin teh kesukaanmu nak". sang cucu menikmati setiap teh yg selalu di buat neneknya, mereka pun ber cengkrama semalaman suntuk, karena esok pagi sang cucu harus kembali ke kotanya. sang cucu harus kembali bersiap karena esok dia akan pergi lagi menuju kota lain, tak lupa dia membawa kalung untuk neneknya berpikir dia akan menemukan waktu untuk pulang walaupun sejenak. tak lama bersinggah di kotanya sang cucu mendapat kabar bahwa sang nenek telah tak sadarkan diri, sang cucu mulai mersa tertekan, dia ingin menangis tapi dia menahan, tak lama telpon berdering kembali dari sang ibu, ibu pun memberikan telponnya kepada sang nenek yg sudah tergeletak tak berdaya, "maafin nenek kalo nenek kalo ada salah ya nak, nenek mau liat jagoan eyang sukses" seru nenek dengan nada lemah, sang cucu hanya bisa diam sambil menitik air mata dan menjawab "iya" karena sudah tak tau lagi ingin berbuat apa, dia hanya ingin berada dekat dengan sang nenek. tak berpikir panjang sang cucu menuju jasa pengiriman untuk mengirim kalung tersebut dan menitipkan kalung tersebut kepada sang ibu untuk meberikan kepada neneknya, dia terus memantau dari kejauhan kondisi sang nenek, semakin hari kondisi semakin memburuk, sang cucu pun pergi ke tempat ibadahnya, dan berkata "aku siap tuhan, cukup sudah jika memang waktunya cabutlah nyawanya, aku tak tega dengan keaadaannya sekarang". sang cucu pun kembali ke tempat dia tinggal sementara, dia mulai tidur dengan perasaan tak tenang, penyesalan karena tidak bisa memberikan kalung tersebut secara langsung. telpon pun berdering di lihatnya ternyata sang ibu, segeralah dia mengangkat telpon tersebut, sang ibu berkata "eyang sudah pergi" kepanikan pagi hari pun terjadi dia meminta izin kepada temannya untuk pulang, dan mencari pinjaman kesana kemari untuk membeli tiket, dia mencari pesawat dengan jadwal paling cepat tak perduli lagi dengan harga tiket, ternyata begitu dia sampai di kampung halamannya sang nenek sudah di makamkan, sang cucu pun sangat sedih, dia hanya bisa melihat nisannya, dia amat menyesali keterlambatannya, dia termenung dan mulai masuk kedalam mobil menuju rumahnya, dia mengasingkan diri di kamar sendiri, hingga waktu untuk mendoakan sang nenek tiba dia pun turun ke bawah untuk mendoakan sang nenek. esok harinya dia ingin mengulas kenangannya lagi, di pun pergi menuju gereja dimana sang nenek biasa beribadah, lalu menuju makam, sang nenek pun tahu kalo sang cucu akan menghampirinya, maka dia beranjak pergi mandi, namun sang cucu pun merasa sedih karena dia pikir sang nenek tak ingin bertemu dengannya maka karena dari itu dia berdoa kepada tuhan agar hujannya di berhentikan, sambil memarkir mobil di pemakaman menunggu hujan berhenti, namun hujan tak kunjung berhenti, akhirnya sang cucu pun menerjang hujan tersebut menuju makam sang nenek malam hari di tengah hujan ketika sampai di makam neneknya, hujan beranjak reda, dan neneknya pun berkata "nenek bukan tidak ingin bertemu kembali, tetapi nenek hanya tak ingin terlihat lusuh ketika jagoannya datang, maka itu nenek minta sedikit hujan kepada tuhan". walaupun sang nenek tahu sang cucu tak bisa lagi mendengarnya tapi dia yakin dia dapat merasakan kehadirannya sang cucu pun tersenyum, sambil menitikan air matanya, "nenek akan membuatmu menjadi seorang yg tangguh untuk mengejar mimpimu, nenek akan memohon kepada tuhan agar cucu kesayangan nenek di uji dengan seberat beratnya karena nenek tau dia tangguh dia pantang menyerah, dan selama ujian itu pula nenek meminta kepada tuhan agar nenek di beri waktu sedikit lagi agar bisa menemani cucuku sampai ujiannya selesai" seru sang nenek sambil menatap haru kepada sang cucunya..

cucu : itu aku? aku yang terjatuh dari pohon mangga? kalung itu kalung yang aku beli yang? (mulai menangis)

eyang : ya itu kamu nak, kamu yang selalu eyang banggakan, kamu yang keras kepala akan keinginanmu untuk mempersembahkan yang terbaik, kamu yang bangkit kembali karena eyang, eyang tak akan meninggalkanmu sampai penggantiku siap untuk kuberikan kepadamu.

cucu : terimakasih eyang (tersenyum lebar sambil menangis haru)

eyang : ayo bangun, sudah istirahatnya waktunya berjalan lagi, sedikit lagi kamu berhasil, eyang janji akan ada seseorang yg menyiapkan teh untukmu, sekarang buka matamu, sahabatmu yang mendampingimu telah menunggu, dia pun turut bersedih dengan keadaanmu saat ini, jangan buat mereka bersedih, janji sama eyang  kamu harus berhasil, sedikit lagi kamu berhasil nak, kamu selalu berhasil mempersembahkan yang terbaik buat eyang, eyang ingin kamu berhasil disini, lakukan itu buat eyang (sambil mencubit hidung sang cucu kemudian mencium keningnya sambil menitikan air mata)

cucu : (tertawa kecil) aku pasti ngelewatin ini semua..

tak lama sang cucu pun terbangun dari tidurnya, dan menyadari bahwa eyang yang dia kasihi selalu ada jauh di bawah alam sadarnya, dia akan datang menghampiri cucunya di dalam mimpinya untuk menghilangkan letih hidupnya...